Sunday, November 30, 2008

Yen Omong Sing Maton, Aja Mung Waton Ngomong

Link

Kalau berbicara yang mendasar, jangan hanya asal berbicara

Yen : kalau
Omong : omong, berbicara
Sing : yang
Maton : mendasar, beralasan
Aja : jangan
Mung : hanya
Waton : asal
Ngomong : berbicara

Arti yang tersirat
Ungkapan ini mengandung permainan kata-kata. Dalam ungkapan ini etrdapay dua buah kata yang hampir sama bentuknya, tetapi arti yang terkandung di dalamnya berbeda, ialah kata-kata: maton dan waton. Maton berarti mendasar atau beralasan; waton: berarti asala saja. Yang dimaksud oleh ungkapan ini ialah bila seseorang berbicara haruslah memperhatikan dasar atau pokok pembicaraan, jangan asal berbicara.

Nilai yang terkandung
Ungkapan ini mengandung ajaran atau pendidikan, agar orang senantiasa berhati-hati dalam berbicara. Dia harus dapat memperhatikan tentang apa dia bicarakan, dalam forum apa dia berbicara, dalam suasana bagiamana, dan di hadapan siapa dia berbicara.

Latar belakang sejarah/falsafah
Masyarakat Jawa memegang teguh nilai ajaran mempan papan, yang maksudnya: orang harus panai menempatkan diri di dalam pergaulan. Berbicara kepada orang yang patut dihormati, harus disertai dengan pilihan kata dan sikap yang sopan. Tanpa itu semua, orang lain dapat menilai tidak sopan atau tidak tahu adat, berarti orang lain tidak akan menghormati dia. Ungkapan ini dekat dengan ajining dhiri ana ing pucuking lathi. Berbicara yang asal berbicara, akan dapat memerosotkan kehormatan orang yang berbicara.

Pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat
Di dalam kehidupan masyarakat, orang yang berbicara asal saja tanpa memperhatikan ujung pangkal pembicaraan, dikatakan dengan ungkapan: waton njeplak, waton mangap, waton muni, yang berarti asal mengeluarkan suara. Hal tersebut mengandung penilaian yang negatif.

Kedudukan di dalam kehidupan masyarakat
Akhir-akhir ini muncul istilah:asplak (asal njeplak) dan asbun (asal bunyi). Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang berbicara tidak maton melainkan hanya waton. Jelas ungkapan itu mengandung ejekan dan cemooh. Ungkapan yang berbunyi, “Yen omong sing maton, aja mung waton ngomong”, sampai saat ini masih berlaku dan tetap dijunjung tinggi dalam kehidupan masyarakat.

(lea)


Saturday, November 29, 2008

Mana yang Anda Ingat Al Amin yang KORUP apa CHRISTINA istrinya?

Penyanyi dangdut Kristina hadir di Pengadilan Tipikor Kuningan Jakarta,
Jumat (28/11) guna memberikan kesaksian dalam kasus alih fungsi hutan
Tanjung Siapi-api Sumatera Selatan dengan terdakwa suaminya Al Amin
Nasution. Selain Kristina, adik kandungnya Silvia juga ikut menjadi
saksi dalam sidang Tipikor tersebut.







Wong Ndeso Masuk Internet

Entertainer serba bisa Tukul Arwana tampil pada diskusi "Wong Ndeso
Masuk Internet", Jumat (28/11) di Wisma BCA Sudirman Jakarta. Bersama
blogger senior Wicak Dorokakung (kanan)
, Tukul memaparkan bahwa orang
desa harus tanggap terhadap perkembangan teknologi seperti internet
guna pembangunan desa ke depan, seperti amanat Panglima Besar Jenderal
Sudirman agar desa harus lebih maju.




Friday, November 28, 2008

Taipeipuppet.com



Lin Liu-Hsin Puppet Theatre Museum
Tradition‧Creativity‧Locality‧Internationality

Dr. Paul C.F. Lin, founder of the Taiyuan Arts and Culture Foundation and a relentless promoter of Taiwanese culture, established the TTT Puppet Centre together with its director Dr. Robin Ruizendaal in 2000. From its very first days, the Centre has been at the very forefront of traditional puppet theatre in Taiwan organizing both exhibitions at the Centre while, simultaneously, pushing the art to new vistas and new modes of performances.

In 2003, the TTT Puppet Centre entered a new phase of development performing overseas in several countries. In the past few years the company has performed in France, Hong Kong, Macao, Turkey, Russia, Italy, Vietnam, Korea, Holland, Nicaragua, El Salvador, Panama, Honduras, Costa Rica, Guatemala, Belize, United Kingdom, Cambodia, Spain etc. Its performances extended from the world famous London Royal Festival Hall to a South American tropical forest, Cambodian temples, as well as a 16th century European churches and the Casa Mila in Barcelona. Along with increased performances, the TTT Puppet Centre increased the number of museum artifacts to over 6000 pieces acquired from all over the world. They include traditional puppets, scripts and stages from South-East Asia, India and China, masks and from Africa and Latin America and many other items.

In November 2005, the TTT Puppet Centre moved to a permanent residence generously donated by Mrs. Lin, the widow of late Mr. Lin Liu-Hsin. In concert with such generosity the Centre changed its name to Lin Liu-Hsin Puppet Theatre Museum. This new location also enables the Museum to gather all the departments that make it up, into a central location. As a result, its collection, exhibition, theater, and educational promotional programs can all take place as a collective. The museum is equipped with its own 100-seat mulit-purpose Nadou Theatre.
In order to promote both traditional and modern puppet theatres, apart from the Lin Liu-Hsin Puppet Theatre Museum, two theatre troupes were founded in 2004. On one hand, there is, the traditionally-oriented Taiyuan Puppet Theatre Company that synthesizes northern Taiwanese traditional lyrics and refined modern stage techniques in order to preserve the more traditional part of puppetry. On the other hand, the new and creative Nadou Theatre Company emphasizes story-telling in a more modern context combining the visual imagination with modern stage acts including stylish drama and music performances.

The Museum is located on Xi-Ning North Road, Dadaocheng, one of the oldest districts of Taipei and just a few steps from the Danshui Pier off historical Dihua Street.

The Museum consists of two historical buildings, the Museum itself and the Nadou Theatre. The Museum includes a workshop and four floors of exhibitions. The Nadou Theatre designed so that it is suitable for all small-scale performances, including puppets, music, dance and theatre. In addition to eye-opening puppet shows, the Museum also offers workshops such as puppet carving, puppet-master demonstrations, children’s puppet theatre and training in traditional puppet techniques. The Museum also provides in-depth tour and state-of-the-art performance for local schools in order to elevate the appreciation for the art and pass on the feeling for such performances to new audiences. The Museum has officially been designated as a “Cultural Hall” by the Ministry of Culture.

The aims of the Museum is dedication to preserve and promote traditional Asian puppet culture, to become a puppet educational center, as well as provide a stage for puppetry from all of the Asia-Pacific area and promote interactions between local and international puppet troupes.









Yogya


Yogya, originally uploaded by funtinella.

thumbs up


thumbs up, originally uploaded by signal_fire.

thumbs up

Petruk, a character in wayang. Well-known for his long and big nose, not for his big thumbs like this statue.

Puppet: Big Size Punokawan


Puppet: Big Size Punokawan, originally uploaded by jajay.

panakawans


panakawans, originally uploaded by samide.

panakawans

This are the three sons of Semar, namely : Cepot, Petruk and Gareng. The dalang Endin Sumawijaya, who learnt me basis of wayang golek, make them for me towards 1985.

Gxi estas la tri filoj de Semar : Cepot, Petruk kaj Gareng. La pupisto Endin Sumawijaya kiu lernis al mi fundamentojn de wayang golek, faris gxin por mi cirkaux de la jaro 1985.

semar gareng petruk


semar gareng petruk, originally uploaded by Cheekot.

Petruk (0)


Petruk (0), originally uploaded by ivan_handojo.

Petruk


Petruk, originally uploaded by gamelansekarlaras.

petruk


petruk, originally uploaded by geemandz.

petruk

Pada pawai 17 Agustus 2007

Bali Arts Festival 2006, Day 1 - The Opening

Bali Arts Festival 2006, Day 1 - The Opening

Daily photo journal of Bali Arts Festival 2006

Day 01, Saturday, 17 June 2006
Time: 15.00
Event: Opening Procession Of The Annual Bali Arts Festival
Venue: Monumen Perjuangan Rakyat Bali Niti Mandala, Denpasar.

blog.baliwww.com/bali-news-events/285/

Bali Arts Festival 2006


Bali Arts Festival 2006, originally uploaded by BALIwww.com.

Bali Arts Festival 2006

Daily photo journal of Bali Arts Festival 2006

Day 01, Saturday, 17 June 2006
Time: 15.00
Event: Opening Procession Of The Annual Bali Arts Festival
Venue: Monumen Perjuangan Rakyat Bali Niti Mandala, Denpasar.
blog.baliwww.com/bali-news-events/285/

Topeng Petruk


Topeng Petruk, originally uploaded by simamat.

Topeng Petruk

Topeng Petruk, Kerajinan tangan Gunungkidul

Petruk: Bali Arts Festival 2006

Petruk: Bali Arts Festival 2006

Daily photo journal of Bali Arts Festival 2006

Day 01, Saturday, 17 June 2006
Time: 15.00
Event: Opening Procession Of The Annual Bali Arts Festival
Venue: Monumen Perjuangan Rakyat Bali Niti Mandala, Denpasar.

Bagong- Traditional Indonesian Shadow Puppet

Bagong- Traditional Indonesian Shadow Puppet

A man with a squat body and has very big eyes

Gareng- Traditional Indonesian Shadow Puppet

Gareng- Traditional Indonesian Shadow Puppet

A man with misshapen arms and cross-eyes

Petruk- Traditional Indonesian Shadow Puppet

Petruk- Traditional Indonesian Shadow Puppet

A tall man with a very long nose

Semar- Traditional Indonesian Shadow Puppet

Semar- Traditional Indonesian Shadow Puppet

A very fat man with big belly and enormous buttocks who has an uncontrollable disposition for farting

Thursday, November 20, 2008

Resep Roti Telo Ungu

Penampilannya menarik. Warna-warni. Rasanya manis juga enak. Ingin mencoba, silakan!

Bahan A:
• 650 gram Ketela ungu
• 62,5 gram Gula pasir
• 12,5 gram Margarin

Cara Membuat:
1. Kukus ketela sampai lunak, kupas kulitnya kemudian haluskan.
2. Masak dengan gula pasir sampai airnya berkurang. Kemudian masukkan margarin.

Bahan B:
• 475 gram Tepung Cakra Kembar
• 25 gram Tepung Segitiga Biru
• 65 gram Gula pasir
• 7 gram Garam
• 150 gram Susu Bubuk
• 150 gram Ketela masak
• 6 gram Ragi instan
• 1,5 gram Bread improver
• 2 butir Kuning telur
• 1 butir Telur utuh
• 145 gram Air
• 40 gram Margarin

Cara Membuat:
1. Aduk bahan kering, kemudian masukkan ketela ungu masak.
2. Tambahkan telur dan air; aduk hingga menggumpal.
3. Kemudian masukkan margarin, aduk hingga kalis.
4. Angkat dan diamkan 10 menit; tutup plastik.
5. Timbang 50 gram, bulatkan. Istirahatkan 10 menit; tutup plastik.

Bahan Adonan Kulit Putih:
• 250 gram Terigu Cakra Kembar
• 25 gram Gula pasir
• 2,5 gram Garam
• 100 gram Shortening putih
• 125 gram Air panas
• 5 gram Baking powder

Cara Membuat:
1. Campur semua bahan kering, aduk rata dengan kecepatan sedang.
2. Tambahkan air panas, kemudian shortening putih, aduk rata sampai adonan kalis.
3. Timbang adonan 14 gram.

Penyelesaian:
1. Pipihkan potongan adonan ungu, bulatkan, tutup dengan adonan putih, kemudian sayat atau gunting.
2. Istirahatkan selama ± 60 menit hingga adonan mengembang.
3. Bakar di oven pada suhu 180ºC selama ± 15 menit.

Source : http://aneka-resep-masakan-indonesia.blogspot.com/2008/09/resep-roti-telo-ungu.html

Semar

Sumber : http://karatonsurakarta.com/semar.html


Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranoyo

Bebrodo = Membangun sarana dari dasar

Noyo = Nayoko = Utusan mangrasul

semar.jpg (2281 bytes)

Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah untuk kesejahteraan manusia

Filosofi, Biologis Semar

Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik".

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar "kuncung" (jarwodoso/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.

Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : "dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat". Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.

Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.

Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi. Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman Prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Gambar Wayang Semar kiranya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya :

Yang wayang itu hanyalah kulit

Yang kulit itu bukan Hakekat

Samasekali bukan , Ia

Hanyalah lambang dan sifat-sifat

Nama-nama dan aspeknya

Yang dalam lambang itu Maya

Dalam Maya ada Ia

Ia adalah yang Maha Wisesa, Wenang wening

Ia tak tampak tapi ada

Ada ini sebagai ada yang pertama

Dan tidak pernah tidak ada

Adanya adalah tunggal

Adanya adalah Mutlak

Ia satu-satunya kenyataan

Ada adalah tak tampak mata

Gaib, misterius, samar

Karena yang ada mutlak itu Tunggal

Yang Tunggal adalah kebenaran

Kebenaran mutlak karena tak ada kebenaran yang mendua

Tan Hana Dharma Mngrwa

Jadi Sang Hyang Tunggal adalah Kebenaran

Sang Hyang Tunggal adalah Samarnya SEMAR

Samar adalah aspek sifat dan Nama

Samar ada pada SEMAR

Semar (pralambang ngelmu gaib) - kasampurnaning pati.

semar1.gif (30938 bytes)

Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :

Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya "merdekanya jiwa dan sukma", maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : "dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup".

Pitutur

Aja dumeh mujudake pitutur luhur warisane para leluhur lan pinisepuh kang ngemu teges supaya jalma manungsa utawa titah sewantah anggone nglakoni penguripane ana ing alam donya ora ngendelake aji mumpung. Dumeh, mujudake kahanan kajiwan kang njalari sawijining pawongan nggunakake kesempatan(aji mumpung) kanggo kepentingane dhewe tanpa ngelingi sak padhane urip. Kesempatan kasebut ing ndhuwur bisa maujud drajat, pangkat, bandha donya, panguwasa, ilmu linuwih, kebagusane rupa lan liyane.

Ing donya Eropa utawa dunia barat uga nduweni sanepa “power tends to corrupt” kang nduweni teges yen kuwasa bisa njalari wong kang nyekel kuwasa kuwi nylewengake kekuwasaane kanggo kepentingane pribadhi lan ngianati marang wong kang ngamanati .

Wong urip mono kudu tansah eling marang kang nitahake urip ing alam donya, kudu tansah mawas marang sangkan paraning dumadi. Seko ngendi bibit kawite urip, ana ngendi saiki dumunung lan papan ngendi kang tembene bakal dituju. Kahanan kang bisa direngkuh ora kena njalari lali marang kodrate minangka kawulane Gusti. Kanthi mengkono sifat aja dumeh bisa njalari wong tansah eling marang asal-usule, sahengga ora nglali yen apa kang diduweni mung minangka titipan utawa amanate kang gawe urip. Sikep ini bisa nyurung supaya manungsa tansah nyukuri peparingane Gusti, kanthi nggunakake peparingane mau kanggo nyengkuyung kewajibane minangka khalifahe Gusti ing alam donya, kang nduweni kewajiban memayu hayuning bawana.

Kahanan urip kang dilakoni manungsa kena digambarake kaya dene cakramanggilingan utawa rodha kreta, kang ana sakperangane rodha sakwijining wektu mapan ing dhuwur nanging ing kala wektu liyane ganti mapan ing ngisor. Urip mujudake ganti gumiliring nasib. Mula saka kuwi nalikane wong lagi nduweni nasib kang apik ora kena gumedhe lan umuk marang sak padha-padha lan nalikane ngalami nasib kang ala uga aja nglokro utawa mutung.

Kadangkala wong urip diparingi kanikmatan kang tanpa kinira. Ana ing kahanan iki pitutur aja dumeh trep banget kanggo diamalake. Wong kudu tansah syukur lan uga kudu loma marang sak padhaning urip, ora kena umuk lan gumedhe nanging kudu tansah bisa sakmadya lan andhap asor.

Ana uga kahanane urip kang lagi diparingi pacoban nganti kadangkala wong sing rumangsa ora kuwat nglakoni kahanan mau nduweni panganggep yen donyane wis kiamat. Ngadepi kahanan mengkene, manungsa kudu tansah pasrah sumarah marang kang gawe urip lan sabar anarima ing pandum. Manungsa kudu nduweni keyakinan yen pacoban mau uga mujudake wujud katresnane Gusti kanggo nggembleng manungsa supaya tatag lan tanggon anggone nglakoni uripe.

Aja dumeh ngajarake manungsa tansah mawas diri lan nduweni keyakinan kang kuat menawa urip ing alam donya iki mung sakwetara mampir ngombe. Kabeh lelakone urip mujudake proses kang ora langgeng lan kabeh bakale dijaluk pertanggungjawabane mbesuk ing alam akherat.

Sifat utawa watak aja dumeh bisa diwedhar kanthi pitutur kayadene:

1.Aja dumeh kuwasa, tumindake daksura lan daksiya marang sakpadha-padha.

2. Aja dumeh pinter, banjur tumindak keblinger.

3. Aja dumeh sugih, banjur tumindak lali marang wong ringkih.

4. Aja dumeh menang, tumindake sak wenang-wenang.

5. Aja dumeh bagus, banjur gumagus.

6. Aja dumeh ayu, banjur kemayu, lan sakpiturute.

“Nyawa mung gaduhan, bandha donya mung sampiran”, mengkono pituture para winasis. Kanthi mengkono sejatine manungsa urip ing alam donya ora duwe apa-apa. Kayadene nalika dilahirake manungsa ora nggawa apa-apa, smono uga mengko yen wis tumeka titi wancine sowan ing ngarsa Gustine uga ora sangu apa-apa. Dadi apa kang bisa diumukake manungsa?

Semar dan Wahyu

Batara Semar atau Batara Ismaya, yang hidup di alam Sunyaruri, sering turun ke dunia dan manitis di dalam diri Janggan Semarasanta, seorang abdi dari Pertapaan Saptaarga. Mengingat bahwa bersatunya antara Batara Ismaya dan Janggan Semarasanta yang kemudian populer dengan nama Semar merupakan penyelenggaraan Illahi, maka munculnya tokoh Semar diterjemahkan sebagai kehadiran Sang Illahi dlam kehidupan nyata dengan cara yang tersamar, penuh misteri.Dari bentuknya saja, tokoh ini tidak mudah diterka. Wajahnya adalah wajah laki-laki. Namun badannya serba bulat, payudara montok, seperti layaknya wanita. Rambut putih dan kerut wajahnya menunjukan bahwa ia telah berusia lanjut, namun rambutnya dipotong kuncung seperti anak-anak. Bibirnya berkulum senyum, namun mata selalu mengeluarkan air mata (ndrejes). Ia menggunakan kain sarung bermotif kawung, memakai sabuk tampar, seperti layaknya pakaian yang digunakan oleh kebanyakan abdi. Namun bukankah ia adalah Batara Ismaya atau Batara Semar, seorang Dewa anak Sang Hyang Wisesa, pencipta alam semesta.

Dengan penggambaran bentuk yang demikian, dimaksudkan bahwa Semar selain sosok yang sarat misteri, ia juga merupakan simbol kesempurnaan hidup. Di dalam Semar tersimpan karakter wanita, karakter laki-laki, karakter anak-anak, karakter orang dewasa atau orang tua, ekspresi gembira dan ekspresi sedih bercampur menjadi satu. Kesempurnaan tokoh Semar semakin lengkap, ditambah dengan jimat Mustika Manik Astagina pemberian Sang Hyang Wasesa, yang disimpan di kuncungnya. Jimat tersebut mempunyai delapan daya yaitu; terhindar dari lapar, ngantuk, asmara, sedih, capek, sakit, panas dan dingin. Delapan macam kasiat Mustika Manik Astagina tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa, walaupun Semar hidup di alam kodrat, ia berada di atas kodrat. Ia adalah simbol misteri kehidupan, dan sekaligus kehidupan itu sendiri.

Jika dipahami bahwa hidup merupakan anugerah dari Sang Maha Hidup, maka Semar merupakan anugerah Sang Maha Hidup yang hidup dalam kehidupan nyata. Tokoh yang diikuti Semar adalah gambaran riil, bahwa sang tokoh tersebut senantiasa menjaga, mencintai dan menghidupi hidup itu sendiri, hidup yang berasal dari Sang Maha Hidup. Jika hidup itu dijaga, dipelihara dan dicintai maka hipup tersebut akan berkembang mencapai puncak dan menyatu kepada Sang Sumber Hidup, manunggaling kawula lan Gusti. Pada upaya bersatunya antara kawula dan Gusti inilah, Semar menjadi penting. Karena berdasarkan makna yang disimbolkan dan terkandung dalam tokoh Semar, maka hanya melalui Semar, bersama Semar dan di dalam Semar, orang akan mampu mengembangkan hidupnya hingga mencapai kesempurnaan dan menyatu dengan Tuhannya.

Selain sebagai simbol sebuah proses kehidupan yang akhirnya dapat membawa kehidupan seseorang kembali dan bersatu kepada Sang Sumber Hidup, Semar menjadi tanda sebuah rahmat Illahi (wahyu) kepada titahnya, Ini disimbolkan dengan kepanjangan nama dari Semar, yaitu Badranaya. Badra artinya Rembulan, atau keberuntungan yang baik sekali. Sedangkan Naya adalah perilaku kebijaksanaan. Semar Badranaya mengandung makna, di dalam perilaku kebijaksanaan, tersimpan sebuah keberuntungan yang baik sekali, bagai orang kejatuhan rembulan atau mendapatkan wahyu.

Dalam lakon wayang, yang bercerita tentang Wahyu, tokoh Semar Badranaya menjadi rebutan para raja, karena dapat dipastikan, bahwa dengan memiliki Semar Badranaya maka wahyu akan berada dipihaknya.

Menjadi menarik bahwa ada dua sudut pandang yang berbeda, ketika para satria raja maupun pendeta memperebutkan Semar Badranaya dalam usahanya mendapatkan wahyu. Sudut pandang pertama, mendudukkan Semar Badranaya sebagai sarana phisik untuk sebuah target. Mereka meyakini bahwa dengan memboyong Semar, wahyu akan mengikutnya sehingga dengan sendirinya sang wahyu didapatkan. Sudut pandang ini kebanyakan dilakukan oleh kelompok Kurawa atau tokoh-tokoh dari sabrang, atau juga tokoh lain yang hanya menginkan jalan pintas, mencari enaknya sendiri. Yang penting mendapatkan wahyu, tanpa harus menjalani laku yang rumit dan berat.

Sudut pandang ke dua adalah mereka yang mendudukan Semar Badranaya sebagai sarana batin untuk sebuah proses. Konsekwensinya bahwa mereka mau membuka hati agar Semar Badranaya masuk, tinggal dan menyertai kehidupannya, sehingga dapat berproses bersama meraih Wahyu. Penganut pandangan ini adalah kelompok dari keturunan Saptaarga. Dari ke dua sudut pandang itulah dibangun konflik, dalam usahanya memperebutkan turunnya wahyu. Dan tentu saja berakhir dengan kemenangan kelompok Saptaarga.

Mengapa wahyu selalu jatuh kepada keturunan Saptaarga? Karena keturunan Saptaarga selalu mengajarkan perilaku kebijaksannan, semenjak Resi Manumanasa hingga sampai Harjuna. Di kalangan Saptaarga ada warisan tradisi sepiritual yang kuat dan konsisten dalam hidupnya. Tradisi tersebut antara lain; sikap rendah hati, suka menolong sesama, tidak serakah, melakukan tapa, mengurangi makan dan tidur dan laku lainnya. Karena tradisi-tradisi itulah, maka keturunan Saptaarga kuat diemong oleh Semar Badranaya.

Masuknya Semar Badranaya dalam setiap kehidupan, menggambarkan masuknya Sang Penyelenggara Illahi di dalam hidup itu sendiri. Maka sudah sepantasnya, anugerah Ilahi yang berujud wahyu akan bersemayam di dalamnya. Karena apa yang tersembunyi di balik tokoh Semar adalah Wahyu. Wahyu yang disembunyikan bagi orang tamak dan dibuka bagi orang yang hatinya merunduk dan melakukan perilaku kebijaksanaan. Seperti yang dilakukan keturunan Saptaarga

Ngluwari Cakra Manggilingan

Ngluwari Cakra Manggilingan
Dening : Sindhunata

ESUK mau kembang puring iku isih ijo kuning. Sore iki
kembang puring mau wis ngalinthing garing. Dakawe-awe
tekamu, kang teka mung ayang-ayangmu. Jebul urip iki
dawane mung saumure kembang puring; esuk sumringah
mekar ijo kuning, sore mingkup garing angalinthing.

Katone, kaya kembang puring mau, urip iki bakal sirna.
Nanging sejatine, urip iki ora bakal sirna. Urip iki
mung kudu bali menyang asale. Mula ana tembang
dhandhanggula kuna, warisane para leluhur, kang nganti
saiki tansah ngumandhang:

Kawruhana sejatining urip/urip ana jroning alam
donya/bebasane mampir ngombe/umpama manuk mabur/lunga
saka kurungan neki/pundi pencokan benjang/nyawa kongsi
kaleru/umpama lunga sesanja/njan-sinanjan ora wurung
bakal mulih/mulih mula mulanya.

Ana ing ngendi paranku, sarampunge aku mampir ngombe
ing donya iki?
Endi pencokanku, sawise aku mabur saka kurunganku ing
donya iki?
Menyang ngendi aku bakal mulih, sawise aku
njan-sinanjan ing donya iki?
Pitakonan-pitakonan iku mratelakake menawa donya iki
dudu papanku kang langgeng, lan uripku ing donya iki
mung sawetara wae. Mula tembang Seh Sitijenar gubahan
Raden Panji Natara kang banjur ginubah maneh dening
Bratakesawa ngendikake mangkene: "Kowe padha kuwalik
panemumu, angira donya iki ngalame wong urip, akerat
kuwi ngalame wong mati; mulane kowe pada
kanthil-kumanthil marang kahanan ing donya, sarta
suthik aninggal donya."
Yen donya iki dudu ngalame wong urip, banjur ngalame
sapa?
Wangsulane tembang Seh Sitijenar: "Sanyatane, donya
iki ngalame wong mati, iya ing kene iki anane swarga
lan naraka, tegese, bungah lan susah. Sawise kita
ninggal donya iki, kita bali urip langgeng, ora ana
bedane antarane ratu karo kere, wali karo bajingan."

Piwulang ing dhuwur iku ora negesake menawa uripku ing
donya iku mung muspra, tanpa tanja. Babar pisan ora.
Kang dadi surasane, aja nganti uripku ing donya dadi
kurungan kang ngunjara aku nganti aku ora bisa mabur
mulih ing pencokanku kang langgeng, ya taman pirdus,
papan panggonanku kang murugake aku ora
kaontang-anting dening prahara bungah lan susah kang
tan ana enteke.

Aku ora bakal kuwat yen uripku tansah digiling cakra
manggilingan kang tanpa kendhat: sedhela susah,
sedhela bungah; sedhela mukti, sedhela kere; sedhela
menduwur, sedhela mengisor; sedhela tentrem, sedhela
bingung. Sepira kapenake kabungahan yen aku weruh
sedhela maneh aku bakal kelindhih ing kesusahan?
Sepira enake kamukten, yen aku weruh sewektu-wektu aku
uga bisa dadi kacingkrangan?

Aku kepengin uwal saka cakra manggilingan mau. Anteng,
tanpa bungah lan susah. Cukup, tanpa mukti lan
kecingkrangan. Meneng, tanpa tentrem lan kabingungan.
Rasa kaya mengkono iku bisa kagayuh menawa aku
ngrumangsani, kabeh kahanan ing donya iki padha njaluk
balik ing purwane. Isi kuwi ana merga ana suwung. Mula
kabeh kang mengku isi, ya njaluk bali menyang suwung.
Ana kuwi ana merga ora ana. Mula kabeh kang ana ya
njaluk bali menyang ora ana. Rame kuwi saka sepi. Mula
kabeh kang rame uga bakal bali menyang sepi. Manungsa
kuwi asale saka lemah. Mula manungsa uga bakal bali
menyang lemah.

Mula sejatine pati utawa mati iku ora ana. Urip iki
ora bakal mati. Urip iki mung bakal mulih asale wiji.
Yen mengkono, isine urip iki ya pangarep-arep. Aku
kudu matur nuwun diparingi urip, merga srana lan
sajroning urip, aku dadi bisa katuwuhan pangarep-arep,
menawa aku bakal diparingi kanugrahan kang mulyane
ngungkuli urip.

Dadi, urip iki sejatine mengku janji, ing mengko
pengarep-arepku bakal dijangkepi. Apa kang ora bisa
ginayuh saiki, bakal kagayuh mengko. Mubeng sesere
cakra manggilingan bakal kandeg, aku ora sah
krengggosan maneh, kumudu-kudu ngoyak apa kang
sejatine ora kudu dioyak. Yen aku gelem ngrungkebi
pangarep-arep iku, aku ora sah ngenteni sesuk, saiki
aku wis bisa ngalami, piye rasanya luwar saka
kurungane cakra manggilingan iku. Ya ngrungkebi
pangarep-arep mau sejatine sari patining piwulang kang
unine "urip iki mung mampir ngombe".

Republik Telo

Sabtu, 22 Maret 2008 | 10:51 WIB
Republik Telo

Ketika rakyat di satu negara Afrika menderita kekurangan parah akan Vitamin A dalam gizi mereka, Badan Pangan Sedunia bukannya mengirim wortel, melainkan ubi jalar (Ipomoea batatas), alias telo atau telo rambat dalam bahasa Jawa. Bukankah wortel selama ini dikenal luas sebagai sayuran yang paling banyak mengandung Vitamin A? Ternyata, kandungan Vitamin A dalam ubi jalar jumlahnya empat kali lipat daripada yang dikandung wortel. Di samping itu, ubi jalar juga sekaligus memberikan kecukupan karbohidrat bagi rakyat Afrika yang kesrakat itu.


Di seluruh dunia, ubi jalar memang “menderita” pelecehan karena selalu dianggap sebagai bahan pangan murahan. Republik Rakyat Cina sebagai negara penghasil ubi jalar terbesar di dunia – Indonesia menduduki posisi nomor dua, lho menggunakan separuh produksinya untuk makanan ternak babi mereka. Padahal, di Amerika Serikat, ubi jalar merupakan salah satu sajian penting dalam sejarah kuliner mereka. Di semua pasar swalayan di Amerika Serikat, selalu kita dapat menemukan ubi jalar karena masih banyak dipakai dalam masakan mereka. Oprah Winfrey bahkan sempat memopulerkan ubi jalar demi alasan kesehatan dan tradisi.

Bakpao Telo dsb

Mie Goreng Telo


Di Amerika Serikat, orang masih sering rancu menyebut bahan pangan yang satu ini. Secara umum ubi jalar disebut sebagai sweet potato. Tetapi, sebagian orang juga menyebutnya sebagai yam. Ada pula yang semakin salah menyebut keladi atau talas sebagai yam. Keladi adalah taro root dalam bahasa Inggris.

Yam
memang mirip ubi jalar, tetapi warnanya lebih putih, dan mengandung lebih banyak pati. Yam diambil dari kata nyami – nama umbi ini dalam bahasa Afrika, untuk menyebut umbi yang sebetulnya tergolong dalam Dioscorea species. Sekalipun kedua nama ini dapat dipertukarkan, Departemen Pertanian Amerika Serikat mengharuskan penyebutan yam sebagai sweet potato.

Dalam tradisi kuliner Amerika – khususnya di bagian Selatan yang secara sejarah banyak dipengaruhi oleh tradisi kuliner Prancis – banyak dijumpai baked sweet potato sebagai sumber karbohidrat, khususnya untuk mendampingi masakan jenis stew yang berkuah kental. Baked sweet potato ini mirip ubi Cilembu yang dimasak dalam oven. Tetapi, berbeda dengan baked potato yang biasanya diisi dengan sour cream, mentega, rajangan daun bawang, dan bacon bits, baked sweet potato tidak di-dress sedemikian rupa. Ubi juga umum dipakai dalam masakan casseroles dan main courses. Banyak juga desserts yang dibuat dari ubi jalar, antara lain: sweet potato pie. Di Hawaii – dan juga di negara-negara Polinesia lainnya – ubi jalar sangat banyak dipakai dalam diet mereka.

Satu ubi jalar utuh mengandung lebih dari 8800 IU Vitamin A – artinya dua kali lipat dari kebutuhan harian minimum manusia terhadap vitamin ini. Jumlah kalorinya pun hanya 141, sehingga cocok untuk mereka yang harus menjaga berat badan. Selain itu, ubi jalar juga memberi kecukupan Vitamin C, zat besi, dan vitamin maupun mineral lainnya. Kalau Anda bicara dengan ahli gizi, mereka rata-rata menempatkan ubi jalar lebih tinggi daripada kentang. Sekalipun namanya sweet potato, tetapi ubi jalar justru lebih cocok bagi penderita diabetes karena dia men-stabil-kan gula darah.

Sebagai elemen kuliner, ubi jalar dapat kita jumpai di seluruh dunia. Di pinggir-pinggir jalan di Jepang, kita akan sering mendapati penjual yaki imo – ubi panggang – menjajakannya dari gerobag dorong. Dalam tempura moriawase kita selalu menemukan beberapa iris ubi jalar oranye yang digoreng dengan tepung. Di Thailand dan Vietnam – seperti juga di Indonesia – pun sering terlihat orang menjajakan ubi jalar rebus sebagai ganjal perut murah-meriah.

Belum lama ini saya sempat berkunjung kembali ke sebuah restoran yang khusus menjual berbagai makanan dari ubi jalar di Lawang, dekat Malang, Jawa Timur. Sekarang, di samping tempat asalnya di tepi jalan raya, perusahaan ini juga telah mengembangkan sebuah restoran baru yang diberi nama “Warung Daun”. Di salah satu dindingnya tertulis “Republik Telo”. Lucu juga!

Semula, rumah makan ini mengawali usahanya dengan memasarkan bakpao yang dibuat dari ubi jalar. Untuk bagian luarnya, tepung ubi jalar dicampur dengan terigu. Sedangkan untuk isinya, dipakai campuran ubi jalar dengan keju, kacang hijau, coklat, dan lain-lain.

Sukses mereka memasarkan bakpao telo kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan berbagai produk lainnya dari bahan baku yang sama. Hampir semuanya berwarna ungu karena bahan bakunya dari ubi jalar yang berwarna ungu. Mereka sangat kreatif menciptakan berbagai kue basah seperti: corobikang, brownies, dan banyak lagi macamnya. Dalam bentuk kering hadir pula kripik ubi jalar. Juga ada es krim dan jus dari ubi jalar.

Pada tahap berikutnya mereka mengembangkan mi yang dibuat dari ubi jalar. Warna mi-nya juga ungu. Sajian mi goreng telo dari rumah makan ini cukup mak nyuss! Tidak ada bedanya dengan mi goreng enak lainnya.

Belakangan ini mereka juga membuat bakpia telo yang malah langsung mendapat penghargaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai jajanan tradisional terbaik. Harus saya akui, bakpia yang sangat renyah bagian luarnya ini malah lebih bagus daripada bakpia terkenal dari satu kota di Jawa.

Ubi jalar yang dibudidayakan dalam skala industri oleh perusahaan ini semuanya berwarna ungu. Karena itu, semua produk derivatifnya pun berwarna ungu. Bukan saja ungu merupakan warna yang lebih cantik, tetapi ubi jalar ungu juga mengandung Vitamin A lebih banyak, sehingga bermanfaat bagi kesehatan mata kita. Sama dengan bayam merah yang lebih bagus dibanding bayam hijau.

Di Filipina juga populer sekali es krim yang dibuat dari ubi jalar ungu. Orang Filipina menyebut ubi jalar dengan nama ube, sangat mirip dengan bahasa kita. Di sana, es krim ube adalah yang nomor dua favorit setelah es krim mangga. Agaknya kita pun perlu mencontoh keberhasilan Filipina memasyarakatkan es krim ube yang bahkan disukai oleh para wisatawan. Di bandara internasional Manila, ada gerai yang hanya menyediakan es krim mangga dan ube khusus untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Dikemas rapi dengan dry ice, agar dapat “selamat” sampai di tujuan.

Daun ubi jalar juga merupakan sayuran murah yang sering dimakan orang. Di Solo ada sebuah sajian – hampir punah karena sudah semakin langka – yang disebut brambang asem. Sajian ini bahan utamanya adalah daun ubi jalar yang disebut jlegor dalam bahasa setempat. Jlegor direbus, lalu disiram dengan saus yang terbuat dari gula merah, asam jawa, cabe merah, bawang merah, terasi. Disantap dengan baceman tempe gembus yang terbuat dari ampas tahu. Sajian rakyat jelata yang memang sangat murah harganya. Ternyata, ketika saya berkunjung ke Taiwan, pun di sana ada masakan yang dibuat dari daun ubi jalar ini. Di Taiwan, ubi jalar juga diproses menjadi bahan bakar nabati (biofuel).

Ah, kenapa pula sebagian rakyat kita harus menderita kelaparan bila sebenarnya kita dapat menyediakan ubi rebus dan brambang asem sebagai salah satu alternatif pengayaan gizi? Sayangnya, paradigma kita sekarang selalu mengacu pada beras manakala kita menyoal pangan.

Mari kita masyarakatkan telo, dan me-nelo-kan masyarakat!


Bondan Winarno
bondanw@gmail.com

Wednesday, November 19, 2008

Gareng Sayang, Gareng Malang


[ Minggu, 24 Agustus 2008 ]
Oleh: Ki Slamet Gundono

RUMAH itu terletak seratus meter agak menjorok ke dalam gang sempit. Catnya kusam, beberapa dindingnya tampak cuwil-cuwil. Baunya, alih-alih parfum ruangan yang wangi, lebih mirip gombal basah yang beberapa hari ndak kering.

Nafas berat terdengar dari dalam rumah. Cenil Mince, tampak tergolek di kursi malas rotan yang mulai rantas. Dia mentelengi tivi butut hitam-putih yang gambarnya kerap kabur dirubung semut. Dalam hati, Cenil Mince meratap pedih, Andai hidupku berubah, ndadakan kaya bergelimang harta. Hidup serba ada seperti cerita-cerita sinetron itu,..tapi,..ah..

Tiba-tiba, sebuah suara cempreng membuyarkan lamunan Cenil Mince. ''Bune, mimpimu bakal terwujud. Aku dapat kerja! Sak miliar sebulan! Bune mo beli mobil apa?'' seru Gareng. Cenil Mince tak memedulikan pekerjaan apa yang bakal dilakoni suaminya. ''Beneran nih Dad? Harley dong, laptop juga, makan-makan, nih,'' celetuk Al Khaereng, anak Gareng, dari kamar yang lembab.

Status sosial dan pergaulan Gareng pun berubah drastis. Orang Kaya Baru (OKB) alias kere mungah bale. Semua yang dulu hanya bisa diimpikan sambil ngiler, diborong semuanya. Rumah mewah, tanah berhektar-hektar, Rolls Royce terbaru, semua punya.

Dengan mobil yang masih kinyis-kinyis, plus kacamata riben, Gareng pongah menerobos jalanan Karang Kadempel. Ayah Gareng, Semar, yang berpapasan hanya bisa berkata lirih. ''Gong, itu pengusaha. Gareng lagi tidur,'' katanya mencoba menentramkan batin yang pedih. Bagong yang tak mudeng maksud romonya itu hanya melongo.

Dan pagi itu, dengan kekayaannya, Gareng bisa menyihir aktivitas pasar pagi Karang Kadempel. Semua diam, melihat pintu Rolls Royce yang terbuka pelan. Cenil Mince keluar dari mobil dengan jalan dianggun-anggunkan. Semua pedagang pasar menawarkan dagangannya. Dan semua pun diborong Gareng hingga ludes. Satu jam berlalu, dengan bagasi tetap terbuka karena penuh belanjaan, Rolls Royce kembali melaju.

''Wah, sugih tapi pecor ya,'' ujar Lik Prenjak, penjual bumbon. ''Jarene, untuk operasi kudu ke Singapur. Dite kurang kali,'' sahut Yu Saodah, rentenir. Sriwing-sriwing, Gareng menangkap obrolan para penjual itu. Mereka menertawakan Gareng yang kakinya cacat dan matanya kero. Gareng berusaha menguat-nguatkan hati.

Menjelang petang, Cenil Mince mengajak dinner ke Ngamarta Grand Mall. Dengan dandanan serba putih, Cenil Mince menggamit lengan tuxedo Gareng. Mereka pelan melintasi food court memilih menu. Mereka pun tak lagi memperhatikan langkah. Dabrus, separuh tubuh Gareng menabrak seorang cewek manis yang dirangkul cowoknya.

''Bah..macam apa pula kau, jalan liat-liat bah," emosi si cowok dengan logat Medan kental. ''Bah..Bah..abahmu apa? Ente yang salah jalur,'' sembur Gareng. Perang kata menghentikan beberapa pengunjung mall. Entah dari mana datangnya ada suara, ''Udahlah, liat tuh dia punya mata, pakein kacamata kuda baru yahuuud!" Menggelegarlah tawa di penjuru mall. Dengan wajah merah padam, Gareng setengah berlari keluar mall.

Dengan kuncuran modal Gareng juga, Yayasan Awewek Geulis bikinan Cenil Mince bisa mendatangkan Dewi Supraba (Miss Universe). Tak dinyana, aura kewibawaan Gareng dalam sambutan telah menarik simpati Dewi Supraba. Singkat cerita, dengan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan mereka sering kencan jalan bareng. Singkat ceritanya lagi, mereka sepaham mengakhiri kisah mereka di kursi pelaminan.

Gosip tersebut terbawa angin sampai di Kayangan. Rapat pleno khusus untuk menyingkapi kasus itu diadakan. Hasilnya, sidang dewa mengutas Narada untuk menemui Gareng. Tengah malam, Narada menemui Gareng dalam mimpinya. ''Untuk mendapatkan Supraba, tidak cukup cuma kaya. Tapi harus sempurna fisiknya,'' ujar Narada. Dengan keringat dingin sak gajah-gajah, Gareng melonjat dari kursi malasnya. Rahangnya dikatupkan kuat-kuat, tubuh menggigil menahan emosi.

Cepat diputar kode angka brankas, dihitungnya nominal yang tercatat dan segera dia hubungi Dr Sang Hyang Antiboga, jagoan face-off dan modifikasi tulang nomor wahid.

''Bos..jane wajahmu dah oce. Mau diubah kaya apa lagi? Brad Pitt, Leonardo di Caprio, atau dalange wayang lindur?" tanya Dr Antaboga. ''Manut Dok, yang penting nguuanteng, kakiku lempeng. Dok, sak gini cukup?'' ujar Gareng sambil menuliskan angka nominal. Setelah dua belas jam, pintu kamar operasi terbuka. Amben dorong dengan tubuh Gareng terbaring dimasukan ICU.

Pertama yang diminta Gareng ketika tersadar adalah kaca pangilon. Gareng terseyum-senyum dan mematut-matutkan diri di depan kaca. Rasa puas tergambar jelas di wajahnya. Matanya tak kero lagi dan kakinya sempurna.

Keluar rumah sakit, Gareng bak artis sinetron. Digrumuti cewek dan dielu-elukan di mana-mana. Tak hanya Supraba, Wilutomo juga tertarik bersaing mendapat tempat di hati Gareng.

Malam dihiasi barisan bintang-bintang. Di sudut ruangan yang dipadu musik romantis. Dihiasi lilin, Gareng dan Supraba entah ngobrolin apa, asyik bercengkrama. Tiba-tiba keasikan mereka dikagetkan serombongan aparat negara tanpa seragam. Mereka menggelandang Gareng dengan alasan menjadi agen spionase internasional. Meja hijau mengantarkan Gareng ke hotel prodeo selama lima belas tahun.

Sore hari lima belas tahun kemudian, Semar, Bagong dan Petruk berkumpul. Di halaman, mereka asik berbagi tempe gembus. ''Hidup di bui pikiran bingung, makan susah, pulang tinggal tulang..," Pengamen dengan gitar bututnya yang ternyata Gareng baru keluara penjara memecah keasikan mereka.

''Reng...Reng hatimu rapuh, ketidaksempurnaan tubuhmu itu punya hikmah. Tapi, saat kamu menjual negara itu musibah," bisik Semar. Gareng nangis meraung. Sedangkan Semar melihat lagi orang di seluruh dunia direkrut jaringan internasional untuk saling menyakiti. (*)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...