Thursday, July 31, 2008

Pengobatan Unik Dunia!

28 Juli 2008 - TYMASk.ono

Pengobatan AIDS Afrika Selatan: Bercinta dengan Perawan



Sebuah survey menemukan lebih dari 1/3 masyarakatnya percaya pada
pengobatan kuno yang unik ini. Yap.. bercinta dengan perawan, yang
dipercayai mampu membersihkan kuman2 dalam tubuh penyebab penyakit
AIDS. Mitos ini muncul di Afrika Selatan yang merupakan negara dengan
tingkat kekerasan seksual tertinggi.


Pengobatan Inggris Kuno untuk Malaria: Jaring Laba-laba



Beberapa dekade lalu saat sebuah wabah malaria menjalar secara cepat
di berbagai belahan dunia, bermacam pengobatab digunakan untuk
mengatasi penyakit ini. Salah satu obat yang paling unik waktu itu
adalah tablet yang dibuat dari gulungan jaring laba2. Bukti dari
khasiat tablet ini memang telah memudar beberapa abad lalu namun kini
justru telah dikembangkan obat sejenis berbahan laba-laba yang masih
hidup. Wew…


Pengobatan Mesir Kuno untuk Infeksi Mata: Darah Kelelawar



Masyarakat Mesir kuno pernah mengalami masa-masa sulit saat wabah
kebutaan menyerang wilayah itu, karena curah matahari yang cukup tinggi
serta diperparah dengan adanya badai gurun. Untuk menangani masalah
ini, para dokter di zaman Mesir kuno menggunakan darah kelelawar yang
diteteskan pada mata pasiennya. Mereka berpikiran bahwa kelelawar
memiliki pandangan yang tajam sehingga obat ini mereka gunakan pada
para pasiennya.


Obat Sakit Perut dari Cina: Empedu Monyet



Empedu monyet merupakan pengobatan yang telah lama digunakan
masyarakat Cina. Bukan hanya untuk penyakit mata, obat ini digunakan
juga sebagai ramuan anti sakit perut. Sedangkan darah dari
monyet-monyet ini digunakan untuk obat kuat. Di Indonesia pun masih ada
yang memakai kera sebagai obat. Mereka menggunakan otak kera sebagai
obat penyakit impotensi.


Obat anti Penuaan: Mandi Bir



Di kota Chodova Plana, Czech Republic, terdapat sebuah “pusat
kesehatan bir” yang merupakan pertama dan satu-satunya di dunia.
Di sana mereka menawarkan perawatan dengan sarana mandi air hangat yang
dicampur dengan air mineral dan juga bir. Terapi ini diyakini mampu
mencegah dari penuaan terutama bagi para wanita. Hmm…


Obat Radang Tenggorokan: Kotoran Anjing



“Album graecum” merupakan sebutan untuk kotoran anjing
ato hyena yang telah memutih karena berda di udara terbuka. Jaman
dahulu kotoran anjing ini digunakan untuk pengobatan tradisional dan
biasanya dicampur dengan madu. Campuran kotoran anjing plus madu ini
mampu membersihkan tenggorokan sehingga diyakini mampu mengobati
peradangan pada tenggorokan.


Obat Impotensi dari Peru: Jus Kodok


Sering disebut dengan Viagra dari Peru. Sangat cocok untuk mereka
para pengidap lemah syahwat. Permintaan pasar untuk produk
‘Extracto de rana’ (Jus Kodok) ini sangat tinggi di kota
Lima, Peru. Selain untuk impotensi, jus ini juga mampu mengobati
penyakit lainnya seperti, asma, bronkitis, dan penyakit pernafasan
lainnya. Namun ada satu bahan campuran yang ternyata meningkatkan
khasiat dari jus ini yaitu Maca, yang berupa tumbuhan sebagai obat kuat
berasal dari Amerika Selatan.





Wednesday, July 30, 2008

Tuesday, July 29, 2008

Presiden RI 2009 menurut teori Joyoboyo adalah "SUTIYOGO"

Presiden RI 2009 menurut teori Joyoboyo

27 July 2008 | www.blogberita.net

Konon urutan pemimpin Indonesia menuju kemakmuran adalah
”notonogoro” — urutan suku kata terakhir nama mereka.
”No” untuk Soekarno, ”to” untuk Soeharto, dan
”no” kedua buat Susilo Bambang Yudhoyono. Kini giliran
“go”; maka Kivlan Zen, bekas petinggi TNI, mengubah namanya
menjadi Sutiyogo untuk ikut Pilpres 2009. Bah, orang
“ngelmu” kayak begini mau jadi presiden?


Majalah Tempo edisi pekan lalu menurunkan liputan utama berjudul Mimpi jadi presiden. Sejumlah tokoh sipil dan militer yang ingin jadi RI-1 diulas, salah satunya adalah Kivlan Zen. Blog Berita
tergelitik membaca salah satu artikel Tempo tentang usaha Kivlan
mempersiapkan dirinya menjadi presiden, yaitu dengan cara mengubah
namanya agar sesuai ramalan Joyoboyo.


H spasi D, heran deh…. Di bawah ini Blog Berita mengutip artikel Tempo tersebut.


Pendukung Kivlan Zen percaya akan munculnya Satrio Piningit. Berbekal keris dan ramalan Joyoboyo.


Zaap…, Kivlan Zen melihat bola biru melesat ke angkasa.
Tengah malam sudah lewat, mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis
Angkatan Darat itu sedang tirakat di emperan musala di kompleks
pemakaman Bung Karno di Blitar, Jawa Timur, awal Juni tahun lalu.


Kivlan, 63 tahun, telah selesai menjalani ritual nyekar di pusara
sang Proklamator. ”Semoga Paduka yang Mulia diberi kelapangan di
alam kubur,” kata pensiunan mayor jenderal itu menceritakan
kembali pengalamannya. Bersama menantunya, ia melakukan salat malam dan
kemudian tirakat.


Menurut Kivlan, ada lima peziarah lain yang menyaksikan bola biru
melesat malam itu. Mereka menyebutnya lintang kemukus — dalam
tradisi Jawa diyakini menjadi pertanda bakal munculnya Satrio Piningit.
”Sebulan kemudian, jam satu malam, saya bertemu dengan lintang
kemukus lagi ketika naik mobil di Bintaro, Jakarta Selatan,”
ujarnya.


Setahun setelah munculnya lintang kemukus itu, Kivlan
mendeklarasikan diri sebagai calon presiden di Gedung Museum
Kebangkitan Nasional, Jakarta. Ia mengusung slogan: ”Pembaruan
dan Tegas”. Jualannya pembangunan pertanian dan energi bersumber
alam. Ia mengklaim punya sumber energi baru yang dinamai ”fuel
cell”.


Kivlan yakin dukungan politik dan dana untuknya akan
datang. Ia pun siap memperluas kewenangan otonomi daerah, termasuk hak
mengelola anggaran oleh pemerintah daerah. ”Para gubernur pasti
mendukung saya,” ujarnya.


Bagi Anda yang sudah lupa dengan Kivlan Zen, mari sama-sama membuka
catatan lama. Kivlan dulu pernah mengaku diperintah Panglima Tentara
Nasional Indonesia Jenderal Wiranto membentuk Pam Swakarsa —
milisi sipil yang dipersenjatai bambu runcing untuk melawan demonstrasi
mahasiswa menjelang Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat
1998. Wiranto membantah tudingan Kivlan itu dan jadilah keduanya
berpolemik di media massa. Keduanya juga saling serang dengan cara
menerbitkan buku.


Kini Kivlan bangkit lagi. Untuk meraih mimpinya, menurut orang
dekatnya, ia mengejar dukungan hingga alam gaib. Sang calon presiden
kabarnya memiliki guru spiritual
bernama Ahmad Zakaria, pria 100 tahun yang mengklaim masih merupakan
kerabat Keraton Yogyakarta. Kepada Kivlan, kata sumber itu, Zakaria
memberikan pertanda: ”Presiden tahun depan bukan orang
Jawa.” Ia pun meminta Kivlan cepat-cepat mengumumkan diri sebagai
calon presiden.


Agar lebih sedap, ramalan lawas juga dibuka. Menurut teori Joyoboyo
yang masyhur, urut-urutan pemimpin Indonesia menuju kemakmuran adalah
”notonogoro” — urut-urutan suku kata terakhir nama
mereka. ”No” untuk Soekarno, ”to” untuk
Soeharto, dan ”no” kedua buat Susilo Bambang Yudhoyono.
Adapun B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri
dianggap sebagai tokoh peralihan.


Nah, kini giliran yang punya nama ”go” untuk memimpin.
Kivlan Zen jelas tak memenuhi syarat ini. Tapi itu tak jadi masalah. Ia
sudah punya nama lain: Sutiyogo. Prosesi mengubah nama itu kabarnya
telah dilakukan sebulan lalu.


Saat dimintai konfirmasi soal itu, Kivlan tak
membantahnya. Ia berujar, ”Saya memang suka ngelmu, sejak
berlatih silat ketika kelas II SMA di Medan.” Di mana pun
bertugas ketika masih aktif di militer, ia mengaku selalu berguru
kepada ulama. ”Saya pengikut tarekat Naqsabandiah.”


Satu lagi senjata pamungkas Kivlan: keris tujuh lekuk setengah meter
dari besi kuning. Keris itu diberi nama Satrio P. Saat ditanyai apakah
P itu merupakan singkatan dari ”Piningit”, Kivlan tangkas
menjawab, ”Biar saja orang lain yang menafsirkan, nanti geger
Indonesia.”


Nah, siapa berani melawan Sutiyogo, eh, Kivlan Zen? [Tempo/Budi Riza]


  • Foto Kivlan: Tempo/Dwi Djoko Sulistyo

Sunday, July 27, 2008

Esiklopedia Keris - Bambang Harsrinukismo

JUDUL : Esiklopedia Keris
PENGARANG : Bambang Harsrinukismo
PENERBIT : Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270
CETAKAN : 2004
ISBN : 979-22-0649-3
JUMLAH HALAMAN:640
[Dengan ketebalannya mencapai 640, halaman, berkonsekuensi pada lengkapnya pembahasan. Buku ini telah mengingatkan pembacanya secara khusus, pada seluruh warga bangsa pada umumnya. “Haruskah anak cucu kita kelak belajar mengenai budaya keris dari negeri orang asing?”.Buku yang bertajuk ensiklopedia ini, menyadarkan kita bahwa persoalan keris bukan manopoli budaya Jawa, namun seluruh Nusantara ini memiliki hak atas keris menjadi bagian dari budayanya. Istilah perkerisan di Brunei Darussalam seperti : Aliamat; Anak Ayam; Atikasana, Aring Keris, Sampir Keris, dan Sikunyir secara jelas pada halaman 111. Keris Malaysia juga di kupas tuntas oleh ensiklopedia ini, dan diungkapkan pula bahwa perbukuan yang menuliskan keris di Malaysia juga marak, namun sayangnya banyak ditulis oleh orang asing. Hanya satu buku yang ditulis oleh penduduk asli Malaysia, ditulis Shahrum Yub

Berikut (sebagian) Daftar Hasil Korup Bagong Waktu Jadi Raja!

Lihat berita terkait : Bagong Jadi Raja




Begitulah perilaku Korup si Bagong, jangan pada niru ya, tak bagus memperkaya dri sendiri pake duit rakyat.

Mengenal Keris [Senjata Magis Masyarakat Jawa] - Ragil Pamungkas

JUDUL : Mengenal Keris [Senjata Magis Masyarakat Jawa]
PENGARANG : Ragil Pamungkas
PENERBIT : Narasi. Jl. H. Montong No. 57. RT.006/06 Ciganjur, Jagarasa-Jakarta 12630. Telepon [021] 78883030
CETAKAN : 2007
ISBN : 979-168-007-8
JUMLAH HALAMAN:143

[Pengertian keris merupakan bab awal dari buku karya Ragil Pamungkas, seputar perdebataan apa keris itu, dari berbagai pendapat juga diutarakan secara gamblang pada buku ini. Persoalan penipuan acapkali terjadi ketika keris sedang memasukki dunia transaksi, bumbu-bumbu magis kental menjadi sasaran empuk dalam memperdayaai pembeli. Modus operandi semacam ini sebenarnya sudah lama terjadi. Namun buku ini kembali mengingatkan pada khlayak pembacanya. Petunjuk praktis kecocokan orang dengan keris yang akan dimiliki, dicontohkan dalam bahasan Uji Kecocokan keris].

Source : http://djokoawcollection.blogspot.com

Jumenengan Hangabehi, Kereta PB XI Ikut Kirab

[ Sabtu, 26 Juli 2008 ]

SOLO - Kirab Tingalan Jumenengan (peringatan kenaikan tahta) Raja Keraton Kasunanan Pakoeboewono (PB) XIII Hangabehi, 29 Juli mendatang akan berlangsung istimewa. Dalam kirab memperingati tahun keempat dinobatkan jadi raja, sebuah kereta pusaka berusia lebih setengah abad dimuseumkan akan ikut dikirab.

Kereta kuda dengan gelar Kiai Garuda Putra itu terakhir kali digunakan pada masa PB XI bertahta, antara 1939-1945. Sejak saat itu, kereta serupa dengan kendaraan resmi ratu Elizabeth dari Kerajaan Inggris itu pun dimuseumkan.

KRMH Satryo Hadinagoro, kerabat PB XIII yang juga ketua seksi kirab mengatakan saat ini kereta tersebut dalam kondisi baik dan siap untuk digunakan. Dikeluarkannya kereta tersebut dari museum dilakukan untuk ikut mendukung gawe besar Pemkot Solo, yaitu konferensi heritage internasional, September mendatang.

Dikirabnya Garuda Putra juga dimaksudkan supaya warga bisa melihat salah satu kereta pusaka milik keraton. "Selama ini yang dikirab selalu Garuda Kencana dan sembilan kereta lainnya. Nah , tahun ini kami ikutkan lagi satu kereta lainnya, kiai Garuda Putra. Kereta ini buatan Belanda, sama seperti yang dikendarai Ratu Elizabeth di Inggris, ketika menghadiri acara resmi," katanya.

Di masa lalu, kata Satryo, Kiai Garuda Putra itu digunakan sebagai kendaraan penjemput tamu penting keraton. Namun, kadang PB XI dan raja-raja sebelumnya juga menggunakan kereta itu untuk mengunjungi undangan para residen Belanda. "Tapi, sejak PB XI, kereta itu dimuseumkan. Kondisinya masih bagus, siap untuk ditumpangi peserta kirab nanti. Posisinya tepat di belakang Garuda Kencana titihan sinuwun," lanjut Satryo.

Berbeda dengan kirab sebelumnya yang mengambil rute memutar benteng luar keraton, kirab 29 Juli nanti mengambil jalur lebih pendek. Yakni, mulai dari Alun-Alun Utara langsung ke arah Barat melewati Pasar Klewer, hingga Bundaran Baron. Dari bundaran itu belok utara hingga Jl Slamet Riyadi. "Lantas lurus ke timur hingga Bundaran Gladak dan kembali ke Alun-Alun Utara. Sengaja dipendekkan, karena kondisi kereta yang semakin tua serta lalu lintas yang semakin padat," katanya.

Tinggalan jumenengan juga akan diisi beberapa acara lain, seperti dipentaskannya tari sakral Bedhaya Ketawang . Acara juga akan diikuti penobatan atau pemberian gelar terhadap abdi dalem dan kerabat keraton. "Juga akan ada wayang orang dan bakti sosial," lanjut Satryo.

Wayang orang itu akan dimainkan oleh keluarga besar keraton dan dipertontonkan sebanyak dua kali. Pertama akan dimainkan di gedung Wayang Orang Sriwedari 27 Juli, dan dimainkan di Pagelaran Keraton sehari sesudahnya, 28 Juli. "Di hari yang sama juga akan dilakukan bakti sosial, berupa pengobatan gratis bagi warga di sekitar keraton. Dokternya dari kerabat keraton semua," imbuhnya.

Satryo belum mendapat konfirmasi siapa saja tamu penting yang akan datang. Namun, Karina Soekarnoputri, putri Bung Karno dengan Ratna Sari Dewi, dipastikan hadir. "Kalau tokoh nasional yang lain belum dapat konfirmasi. Yang pasti, untuk kerabat di sekitar sini kami nggak ngundang. Hadir di tingalan jumenengan adalah kewajiban bagi abdi dalem dan sentana dalem," tandasnya. (aw/tej)

Perlu Pelet? Hubungi Ki Joyo Asmoro

Katanya :

dahulu kala pada zaman nabi dikenal juga yang namanya media atau benda sebagai sarana untuk hajat dan tujuan tertentu, dulu para sohabat yang hendak berperang juga menggunakan media (cincin) untuk keselamatan dalam peperangan dengan orang-orang kafir. yang tentunya cincin tersebut (atau media lainnya) sudah dibacakan doa khusus artinya di doakan. doa tersebut tentunya memohon keselamatan kepada Allah Tuhan YME agar selalu di lindungi dari marabahaya dan kejahatan.
jadi masalahnya bukan semata-mata karena kita percaya dengan cincin atau sejenisnya, sehingga kita mengagungkan benda tersebut. yang benar adalah bahwa kita percaya bahwa media tersebut mempunyai kekuatan karena ridho dari yang diatas seperti itu, bukan kita mengagungkan benda-benda tersebut.


jadi ini benar-benar tidak sama dengan musrik, dikatakan musrik itu kalau kita meminta pertolongan selain Allah Tuhan YME. jadi sangat berbeda kalau kita percaya dengan media atau benda tertentu yang diberi kekuatan atas izin Allah Tuhan YME, dengan kita meminta pertolongan kepada apapun selain Tuhan kita.
ilmu pelet juga biasanya menggunakan beberapa media dan piranti khusus yang telah di isi atau bisa saja media tersebut memang sudah mempunyai kekuatan seperti itu, atau dengan doa khusus yang disebut mantera (mantera itu sendiri bentuk doa dan permohonan kita kepada Tuhan YME) dan dalam mengisikan qodam kita juga selalu memanjatkan doa dan permohonan kita kepada Tuhan semesta alam. sama halnya dengan benda-benda pusaka berutah yang dianggap ampuh semua ilmu dan energi adalah sumbernya dari Allah Tuhan YME “jadi intinya bahwa semua tergantung pada niat kita.”

Product :
Ada yang Minat?

KRT Tumenggung Hartonodiningrat (Tam Chen Siong) - Ahli Keris keturunan Guangdong

Hebat!!!


Tam Chen Siong (36), warga
keturunan Tionghoa yang juga dikenal bernama Kanjeng Raden Tumenggung
Hartonodiningrat bukan saja berhasil melestarikan keris sebagai satu
dari tujuh keajaiban dunia milik bangsa Indonesia, tetapi juga berhasil
menyakinkan keluarganya akan pentingnya pekerjaan yang digelutinya.

Tam
Chen Siong dilahirkan di keluarga seorang pengusaha forwading di
Surabaya. Tam Hwa Seng dan Phun Djoei Hing, ayah dan ibu Tam Chen Siong
mengharapkan agar anak kedua dari dua bersaudara bisa meneruskan usaha
ekspedisi forwarding (pengangkutan barang dan peti kemas) yang dirintis
oleh keluarganya selama bertahun-tahun.

Paling tidak, jika
keinginan yang satu itu meleset, kedua orang tuanya bercita-cita agar
kelak Tam Chen Siong bisa menjadi seperti kekeknya yang arsitektur dan
pernah mengerjakan sejumlah proyek di Surabaya, seperti jembatan, Taman
Makam Pahlawan serta perabot di kantor Walikota.

Tanpa diduga
oleh kedua orang tuanya yang berdarah asal Guangdong China Tam Chen
Siong yang lulusan Tehnik Mesin Universitas Kristen Petra Surabaya
tahun 1992 itu memilih berprofesi sebagai seorang empu keris.

Sedangkan
kakaknya, perempuannya, Tam Li Li juga memilih bekerja sebagai apoteker
ketimbang menjadi pengusaha seperti orang tuanya.

"Awalnya,
keluarga sangat menentang profesi saya itu karena pekerjaan itu tidak
bisa mendatangkan uang banyak. Mereka selalu berkata masa depan saya
akan suram, " katanya kepada The Jakarta Post.

Tam Chen Siong
memang dikenal terampil membuat senjata tajam. Sejak berumur 10 tahun,
Tam Chen Siong yang lahir dan tumbuh besar di Surabaya telah akrab
dengan senjata tajam. Di umur yang masih anak-anak itu, ia sudah pandai
membuat pisau baja dengan peralatan bengkel, yang biasanya digunakan
untuk memperbaiki atau men-service kendaraan roda empat milik usaha
angkutan Tam Hwa Seng, ayahnya.

Keris, dikenal Tam Chen Siong
dari sesepuh empu asal Surabaya, Kanjeng Raden Haryo Tumenggung Sukoyo
Hadinagoro. Ia merupakan mantan pegawai Bank Indonesia yang minta
pensiun dini untuk mendalami ilmu keris. Saat ini, ia telah mendidik
puluhan murid hingga menjadi empu.

Melalui salah satu rekan
ayah, Tam Chen Siong dikenalkan kepada Sukoyo. Sejak itulah ia langsung
tertarik dengan keris. Namun, ketertarikannya bukan berarti ia diterima
sebagai murid oleh Sukoyo. Sebab, menurut gurunya itu, pekerjaan
seorang empu itu sulit dan lebih dikarenakan oleh panggilan alam,
layaknya seorang biarawan gereja Katolik ataupun biksu.

"Setiap
pulang kuliah, saya datang ke rumah Sukoyo untuk melihat cara membuat
keris. Saya tidak pernah absen untuk menunggu Sukoyo menerpa keris.
Saya sampai lupa makan dan minum," katanya.

Berkat kegigihannya
yang kuat untuk mempelajari keris, akhirnya Sukoyo menerima Tam Chen
Siong sebagai muridnya. Ia tidak hanya belajar membuat keris saja,
tetapi juga ikut dalam ritual seperti lazimnya dilakukan oleh empu.

Keseriusan
Tam Chen Siong belajar keris kembali diuji. Sebab ia harus menjalani
sejumlah tantangan menjadi seorang empu yang berat. Ia harus diuji
kesabaran dan ketelatenan dalam menempa keris agar mempunyai nilai
seni. Berkali-kali ia gagal membuat keris seperti yang diajarkan oleh
gurunya.

Namun, ia pantang menyerah.

Tantangan
lainnya, ia harus menjalani puasa dan menjalani pantangan khusus bagi
seorang empu, yaitu dilarang mengkonsumsi makanan yang tidak segar
(tersimpan sehari).

"Waktu itu saya hampir putus asa. Saya
tidak kuat menjalani semua itu, namun akhirnya atas dorongan kuat dari
Sukoyo, saya pun berhasil menjalani semua tantangan itu, " katanya.

Tam
Chen Siong pun telah bisa membuat keris, tidak hanya pandai membuat
lekuk dan aksesori keris, tetapi ia pun menjiwai dalam membuat keris.

"Banyak
orang yang salah menilai keris, namun bagi saya keris itu merupakan
senjata unik. Ia bukanlah dibuat untuk membunuh orang, tetapi ia bisa
membunuh, " katanya.

Tam Chen Siong pun berniat memperdalam
ilmunya di Solo. Pada tahun 1998, ia memutuskan untuk berguru di
beberapa empu senior seperti Empu Subandi, Empu Daliman, Empu Suyanto
dan Empu Pausan. Di tahun yang sama pula ia bertemu dengan almarhum
Sinuhun PB XII.

Hingga akhirnya, tiga tahun kemudian, Tam Chen
Siong pun diangkat resmi menjadi abdi dalem keraton Solo dengan gelar
Raden Tumenggung. Saat pengangkatannya itu sempat terjadi kontraversi
di kalangan keraton Solo, sebab saat diangkat usia belum mencapai 40
tahun.

"Jadi saat diangkat, saya merupakan satu-satunya empu
termuda di Indonesia dari kerajaan keraton Solo. Saya sangat salut
terhadap Sinuhun karena etnis keturunan Tionghoa bisa diterima dengan
baik olehnya, " katanya.

Ini membuktikan bahwa keris bukan saja
menjadi bagian masyarakat Jawa, melainkan juga dapat dipelajari dan
dimiliki oleh siapa saja, termasuk etnis non pribumi.

"Bahkan,
sebelum beliau mangkat, gelar saya dinaikkan menjadi Kanjeng Raden
Tumenggung. Saat itu saya berjanji di dalam hati akan terus
melestarikan keris sebagai budaya bangsa Indonesia, " katanya.

Kiprah
Tam Chen Siong tidak hanya membuat keris dan mengenalkannya kepada
generasi muda melalui pertukaran ketrampilan dengan mahasiswa di
Universitas Petra Surabaya. Ia bersama dengan para empu lainnya pernah
terlibat 'Perang' dengan Malaysia dan Singapura yang ingin mengklaim
bahwa keris menjadi milik negara tersebut.

Begini ceritanya,
sekitar tahun 2006, beberapa seniman asal Malaysia dan Singapura
berlomba-lomba datang ke Indonesia untuk mengumpulkan data soal
perkerisan.

"Saya tahu bahwa kedatangan mereka itu bukanlah
bermaksud baik, mereka hendak mencuri data untuk memperkuat klaimmya
bahwa keris bukanlah dari Indonesia melainkan dari khasanah budaya
kedua negara, " katanya.

Ia bersama dengan beberapa empu
lainnya pun marah dengan cara yang dilakukan oleh negara tetangga yang
berusaha mencuri warisan budaya Indonesia. Saat itu, Tam Chen Siong
bersama dengan seniman keris lainnya meminta agar pemerintah
mempertahankan seni budaya keris Indonesia.

"Beruntunglah
akhirnya Unesco memutuskan bahwa keris merupakan milik bangsa
Indonesia. Saat itulah saya bersama dengan seniman lainnya
mendeklarasikan Sekertariat Nasional Perkerisan Indonesia sebagai wadah
para empu untuk berjuang melestarikan keris Indonesia, " katanya.

25
Desember 2006, keris masuk ke dalam satu dari tujuh keajaiban dunia.
Maret 2007, di Yogyakarta Tam Chen Siong bersama dengan empu lainnya
mendeklarasikan Sekertariat Nasional Perkerisan Indonesia, sebagai
wadah organisasi empu dan pecinta keris di Indonesia.

Perjuangan
Tam Chen Siong mempertahankan keris sebagai milik Indonesia itulah
membuat kedua orang tuanya terenyuh. Mereka pun bangga dengan apa yang
dikerjakan Tam Chen Siong.

"Kesempatan itulah membuat saya
kembali menyakinkan kepada keluarga bahwa pekerjaan seorang empu
bukanlah pekerjaan yang sia-sia, " katanya.

Keluarga pun akhirnya menerima alasan Tam Chen Siong, bahkan kini mereka pun mendukung pekerjaannya.

"Bagi
saya pekerjaan ini sangat unik. Saya bangga bisa belajar banyak tradisi
budaya Indonesia yang nyaris punah sekaligus mempelajari spiritual Jawa
yang sangat menarik dan sarat filosofis, " katanya.

"Di sini saya telah menemukan kebahagiaan, ketentraman dan penghasilan yang cukup bagus, " katanya.

Keris
buatan Tam Chen Siong dijual dengan harga Rp 2,5 juta sampai ratusan
juta rupiah. Beberapa pejabat dan tokoh di Indonesia, antara lain
mantan Wakil Presiden Hamzah Haz dan mantan Kapolda Bali I Made Mangku
Pastika pernah membeli keris buatan Tam Chen Siong sebagai pemberi
kewibawaan.

KERIS (Bawa Rasa Tosan Aji) - KaratonSurakarta.com

Source : KaratonSurakarta.com

Ada pepatah yang menyatakan : "Penghargaan pada seseorang tergantung karena busananya." Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog yang mendasarkan pada kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu menunjukkan watak atau karakter yang ada dalam diri orang itu.

Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap). Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin, tutup kepala (kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa harus keris? Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan sebagai simbol "kejantanan." Dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.

Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa dulu, bahwa awal mula eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat agraris, yaitu dari menyatunya unsur lelaki dengan unsur perempuan. Di dunia ini Allah Swt, menciptakan makhluk dalam dua jenis seks yaitu lelaki dan perempuan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Kepercayaan pada filsafat agraris ini sangat mendasar di lingkungan keluarga besar Karaton di Jawa, seperti Karaton Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan lain-lain. Kepercayaan itu mulanya dari Hinduisme yang pernah dianut oleh masyarakat di Jawa. Lalu muncul pula kepercayaan tentang bapa angkasa dan ibu bumi/pertiwi. Yang juga dekat dengan kepercayaan filsafat agraris di masyarakat Jawa terwujud dalam bentuk upacara kirab pusaka pada menjelang satu Sura dalam kalender Jawa dengan mengkirabkan pusaka unggulan Karaton yang terdiri dari senjata tajam: tombak pusaka, pisau besar (bendho). Arak-arakan pengirab senjata pusaka unggulan Karaton berjalan mengelilingi komplek Karaton sambil memusatkan pikiran, perasaan, memuji dan memohon kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, untuk beroleh perlindungan, kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan batin.

Fungsi utama dari senjata tajam pusaka dulu adalah alat untuk membela diri dari serangan musuh, dan binatang atau untuk membunuh musuh. Namun kemudian fungsi dari senjata tajam seperti keris pusaka atau tombak pusaka itu berubah. Di masa damai, kadang orang menggunakan keris hanya sebagai kelengkapan busana upacara kebesaran saat temu pengantin. Maka keris pun dihias dengan intan atau berlian pada pangkal hulu keris. Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir sedemikian indah, berlapis emas berkilauan sebagai

kebanggaan pemakainya. Lalu, tak urung keris itu menjadi komoditi bisnis yang tinggi nilainya.

Tosan Aji atau senjata pusaka itu bukan hanya keris dan tombak khas Jawa saja, melainkan hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki senjata tajam pusaka andalan, seperti rencong di Aceh, badik di Makasar, pedang, tombak berujung tig (trisula), keris bali, dan lain-lain.

Ketika Sultan Agung menyerang Kadipaten Pati dengan gelar perang Garudha Nglayang, Supit Urang, Wukir Jaladri, atau gelar Dirada Meta, prajurit yang mendampingi menggunakan senjata tombak yang wajahnya diukir gambar kalacakra.

Keris pusaka atau tombak pusaka yang merupakan pusaka unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsur besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsur batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada Sang Maha Pencipta Alam (Allah SWT) dengan suatu upaya spiritual oleh Sang Empu. Sehingga kekuatan spiritual Sang Maha Pencipta Alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu. Pernah ada suatu pendapat yang berdasarkan pada tes ilmiah terhadap keris pusaka dan dinyatakan bahwa keris pusaka itu mengeluarkan energi/kekuatan yang tidak kasat mata (tak tampak dengan mata biasa).

Yang menarik hati adalah keris yang dipakai untuk kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa. Keris itu dihiasi dengan untaian bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris. Ternyata itu bukan hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang agar jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna, sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri seperti watak Harya Penangsang.

Kaitannya dengan Harya Penangsang ialah saat Harya Penangsang berperang melawan Sutawijaya, karena Penangsang pemarah, emosional, tidak bisa menahan diri, perutnya tertusuk tombak Kyai Plered yang dihujamkan oleh Sutawijaya. Usus keluar dari perutnya yang robek. Dalam keadaan ingin balas dendam dengan penuh kemarahan Penangsang yang sudah kesakitan itu mengalungkan ususnya ke hulu keris di pinggangnya. Ia terus menyerang musuhnya. Pada suatu saat Penangsang akan menusuk lawannya dengan keris Kyai Setan Kober di bagian pinggang, begitu keris dihunus, ususnya terputus oleh mata keris pusakanya. Penangsang mati dalam perang dahsyat yang menelan banyak korban. Dari peristiwa itulah muncul ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan melati.

Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa menimbulkan rasa keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya. Orang menyebut itu sebagai piyandel, penambah kepercayaan diri, bahkan keris pusaka atau tombak pusaka yang diberikan oleh Sang Raja terhadap bangsawan Karaton itu mengandung kepercayaan Sang Raja terhadap bangsawan unggulan itu. Namun manakala kepercayaan sang raja itu dirusak oleh perilaku buruk sang adipati yang diberi keris tersebut, maka keris pusaka pemberian itu akan ditarik/diminta kembali oleh sang raja.

Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan secara ilosoi sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi "manunggaling kawula – Gusti", bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan penciptanya, bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai, tentram, bahagia, sehat sejahtera. Selain saling menghormati satu dengan yang lain masing-masing juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya masing-masing secara benar. Demikianlah makna yang dalam dari tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya.

RICIKAN ATAU ANATOMI KERIS

Anatorni keris dikenal juga dengan istilah ricikan keris. Berikut ini akan diuraikan anatorni keris satu persatu :

  1. Pesi, yaitu tangkai keris yang masuk ke dalam pegangan atau ukir.

  2. Ganja, yaitu dasar bilah keris yang tebal. Ganya dapat menyatu atau terpisah dengan bilah.

  3. Buntut Mimi, merupakan bentuk meruncing pada ujung ganja.

  4. Gunungan, yaitu bentuk menonjol atau membukit sebelum buntut.

  5. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha ( ) yang berderet.

  6. Thingil, yaitu tonjolan kecil pada grenelig atau pada dasar huruf Jawa Dha.

  7. Ri pandhan, yaitu bentuk ujung yang meruncing menyerupai duri pada huruf Jawa Dha.

  8. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa Dha.

  9. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.

  10. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di atas ga~qa.

  11. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang gandik.

  12. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya menempel pada gandik.

  13. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas sirah cecak atau ujung ganja.

  14. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.

  15. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.

  16. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha ( ) yang berderet.

  17. Tikel Alis, terietak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.

  18. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.

  19. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.

  20. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.

  21. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian kiri dan kanan.

  22. Juga Pudhak Sategal.

  23. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.

  24. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.

  25. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran sampai pucuk.

  26. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.

  27. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.

  28. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.

Keris Jawa [Bilah latar sejarah hingga pasar] - MT Arifin

JUDUL : Keris Jawa [Bilah latar sejarah hingga pasar]
PENGARANG : MT. Arifin
PENERBIT : Hajied Pustaka Jakarta
CETAKAN : 2006
ISBN : 979-25-5290-1
JUMLAH HALAMAN:460
[Buku ini penuh dengan berbagai terminology, sebenarnya buku ini layak diangkat sebagai ensiklopedia keris Jawa. Bukti Kelayakaannya disebut ensiklopedia ini nampak dalam bahasan dan tabel-tabel kategoris yang dibuat pengarangnya. Seperti pada halaman 200., buku ini memuat motif pamor yang ditabelkan secara rinci. Adapun yang ditabel lainnya adalah:
-Daftar Keris Bentuk Permukaan Bilah Keris Ukuran Normal [Hal:73]
-Diagram Ricikan Keris [Hal:75]
-Daftar Rekapitulasi Dhapur Keris Bener [Hal:103]
-Daftar Rekapitulasi Dhapur Keris Luk [Hal:122]
-Daftar Keadaan Pamor Kategori Ukuran Normal [Hal:177]
-Daftar Penerapan Motif Gambar Pamor Keris Ukuran Normal [Hal 178]
-Daftar Nama dan Sebutan Pedagang Senjata Tradisonal Di Alun-alun Lor Surakarta [Hal:366]
-Daftar Barang Dagangan dan Jasa Pelayanan Pedagang Senjata Tradisonal di Alun-alun Lor Surakarta [Hal : 379 dan Hal: 408]Buku ini memberikan gambaran rinci nama Empu dan karya-karyanya, serta tangguh dari keris., bahkan Garis Keturunan Para Empu dari Majapahit, hingga Mataran]. Kecermatan MT arifin dalam menorehkan karyanya, sampai meneliti pedagang keris seperti yang ada di Pasar Rawabening [Jati Negara], Pasar Johar Semarang, Pasar Bringharjo Yogyakarta Kompleks Pasar Turi Surabaya, dan Di Alun-alun Lor Surakarta. Menurut MT Arifin dilukiskan bahwa sejak dulu pembahasan keris telah lama di bukukan seperti buku yang berjudul “Kitab Sedjarah Keris] Toko Boekoe Sadoe Boedi, Soerakarta.

Source : http://djokoawcollection.blogspot.com

Portal Keris Indonesia nggak pernah update - piye ki?

Keris Jawa, sebagai senjata tradisional Jawa merupakan perlambang estetika tinggi, yang memiliki arti seremonial dan teknologi metalurgi unggul, di samping benda antik yang sangat berharga. Keris adalah karya agung warisan kebudayaan Indonesia yang sangat dihargai dan mampu memukau masyarakat dunia.

Kita bersyukur bahwa baru-baru ini keris diakui sebagai World Heritage dan memperoleh penghargaan Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Huminity dari UNESCO, yang merupakan bukti pengakuan dunia akan keris sebagai karya agung warisan Indonesia.

PT. INDONESIA KEBANGGAANKU adalah perusahaan yang khusus didirikan dengan menonjolkan dan mempromosikan segala sesuatu yang patut dibanggakan oleh Indonesia, dengan bangga memilih buku "KERIS JAWA: Antara Mistik dan Nalar" sebagai buku pertamanya.

Buku bermutu yang patut dibanggakan bangsa Indonesia ini akan sangat bermanfaat tidak saja bagi pemerhati dan pencinta budaya keris, tetap juga bagi kalangan akademis ataupun pihak-pihak lain yang perduli terhadap karya-karya agung benda seni dari Indonesia.

Mari kita bersama-sama menggerakkan rasa kebanggaan dan nasionalisme bangsa Indonesia.

Salam,
Rudy J. Pesik
Direktur Utama
PT. INDONESIA KEBANGGAANKU


20 Desember 2005
Setelah wayang dua
tahun silam, kini giliran keris Indonesia diakui sebagai salah satu
warisan budaya dunia yang mesti dilestarikan. Pengakuan UNESCO di Paris
25 November lalu itu tentu merupakan percikan segar di tengah serba
keterpurukan Indonesia akhir-akhir ini.
Oleh Jimmy S Harianto
(Harian KOMPAS, Selasa 20 Desember 2005, hal. 1 dan 15).

Keris,
seperti juga teater Kabuki dari Jepang, pentas tradisional India -
Ramlila yang mengetengahkan epik Ramayana-Samba dari Brasil, Mak Yong
dari Melayu, "Masih hidup dan dihayati, tradisi masih berlanjut.
Berbeda dengan budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati," ungkap
Direktur Jenderal Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Koichiro Matsuura, yang
ditemui Kompas pekan lalu, beberapa saat setelah menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO itu kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta.

Sebenarnya
ada 64 warisan budaya yang diusulkan berbagai negara untuk diakui
sebagai warisan dunia oleh UNESCO tahun ini. Akan tetapi, setelah
melalui penilaian para juri yang bersidang pada 20-24 November 2005
dengan ketua Putri Basma binti Talal dari Jordania, hanya 43 yang
diakui sebagai warisan budaya oral serta nonbendawi manusia (intangible cultural heritage of humanity).

Sementara mahakarya (masterpiece)
yang diakui UNESCO tahun 2001 serta tahun 2003 termasuk wayang,
jumlahnya 47. Maka, total mahakarya warisan budaya dunia yang diakui 90.

"Proklamasi
yang ketiga kali ini kemungkinan adalah yang terakhir." Konvensi akan
segera dilaksanakan segera setelah 30 negara memiliki instrumen
ratifikasi dan disetujui, seperti yang sudah dilakukan 26 negara
sebelumnya," ungkap Matsuura.

"Lewat momentum
penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan tentang
keris," ungkap Ir Haryono Haryoguritno, pakar keris yang memimpin tim
riset pustaka dan lapangan juga berdiskusi selama setahun sejak Agustus
2004.


KERIS JAWA: Antara Mistik dan Nalar = harga 1 Juta + PPn, siapa mau beli?

Judul: KERIS JAWA: Antara Mistik dan Nalar

Penulis: Haryono Haryoguritno

Tebal Buku: Hardcover + 458 halaman

Penerbit: PT. Indonesia Kebanggaanku (Februari 2006)

Bahasa: Bahasa Indonesia

ISBN: 979-25-2530-0

Dimensi Produk: 24 x 30 cm.

Harga: Rp. 1.000.000,- (belum termasuk PPN 10%)

Pesan Buku Ini

CONTOH ISI BUKU :

PENDAHULUAN

Sebagai
karya seni dalam wujud senjata tajam dengan bentuk khas satu-satunya di
dunia, keris terdapat di hampir seluruh kawasan Nusantara. Tetapi
banyak temuan arkeologi dan sejarah yang sangat menguatkan kesimpulan
bahwa keris-keris generasi awal dibuat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Oleh karena itu buku ini berusaha membahas khusus keris Jawa secara
komprehensif, mulai dari segi mistik, dongeng, legenda, kepercayaan,
filsafat, sejarah, teknik pembuatan hingga tradisi yang berkaitan
dengan keris dalam tata kehidupan suku Jawa. Adapun tata nilai yang
diangkat disini adalah tata nilai yang dianut hingga menjelang abad 20,
ketika perkembangan budaya perkerisan mencapai titik kulminasinya.

Beratus-ratus
ilustrasi tentang bilah keris dalam buku ini dibuat berdasarkan pada
benda yang sesungguhnya dan bukan imajiner atau rekaan. Buku ini juga
mencoba menyajikan tabulasi untuk mengenal ciri dan arti nama-nama
bentuk bilah keris. Untuk pola dekorasi pamor, selain arti
nama-namanya dipaparkan pula beberapa rekayasa pembuatannya, suatu hal
yang dulu amat dirahasiakan dan sarat dengan mitos atau dongeng.

Demikian
juga tentang cara memilih keris, bila pada banyak kalangan masih saja
terdengar cerita tentang 'keampuhan' keris-keris tertentu, buku ini
berusaha menghadirkan beberapa cara menilai mutu keris, baik secara
visual, emosional, spiritual, maupun tradisi. Semua hal di atas
dirangkum dan ditulis sebagai kontribusi ke arah lahirnya apa yang
disebut: krisologi.


JOGJA BANGKIT KEMBALI

Sejak bencana gempa bumi di Jogjakarta dan
sekitarnya yang terjadi tahun lalu, tepatnya 27 Mei 2006,ekonomi rakyat
dan bangunan tradisional yang bernilai sejarah masih banyak yang
terlantar dan belum mendapatkan bantuan perbaikan. Dengan latar
belakang tersebut, kami dan beberapa teman bekerjasama dengan Badan
Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) berinisiatif untuk mengadakan
gerakan pengumpulan dana bantuan (fundraising) bagi bangunan-bangunan
tradisional tua di Jogjakarta, terutama di kota tua Kotagede, serta
membangkitkan kembali Sentra-sentra kerajinan rakyat seperti Batik,
Perak, Kulit dan keramik. Upaya ini dihimpun dalam gerakan ”JOGJA BANGKIT KEMBALI (JBK)”.

Dengan tema ”MARI BERSAMA KITA SELAMATKAN ASET BUDAYA DAN EKONOMI RAKYAT YOGYAKARTA”, kami akan mengadakan beberapa kegiatan sehubungan dengan gerakan ini antara lain:



KERIS JAWA antara Mistik dan Nalar - Haryono Haryoguritno

Sebagai karya seni dalam wujud senjata tajam dengan bentuk khas
satu-satunya di dunia, keris terdapat di hampir seluruh kawasan
Nusantara. Tetapi banyak temuan arkeologi dan sejarah yang sangat
menguatkan kesimpulan bahwa keris-keris generasi awal dibuat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Oleh karena itu buku ini berusaha membahas
khusus keris Jawa secara komprehensif, mulai dari segi mistik, dongeng,
legenda, kepercayaan, filsafat, sejarah, teknik pembuatan hingga
tradisi yang berkaitan dengan keris dalam tata kehidupan suku Jawa.
Adapun tata nilai yang diangkat disini adalah tata nilai yang dianut
hingga menjelang abad 20, ketika perkembangan budaya perkerisan
mencapai titik kulminasinya.

Beratus-ratus ilustrasi tentang
bilah keris dalam buku ini dibuat berdasarkan pada benda yang
sesungguhnya dan bukan imajiner atau rekaan. Buku ini juga mencoba
menyajikan tabulasi untuk mengenal ciri dan arti nama-nama bentuk bilah
keris. Untuk pola dekorasi pamor, selain arti nama-namanya
dipaparkan pula beberapa rekayasa pembuatannya, suatu hal yang dulu
amat dirahasiakan dan sarat dengan mitos atau dongeng.


Demikian juga tentang cara memilih keris, bila pada banyak kalangan
masih saja terdengar cerita tentang 'keampuhan' keris-keris tertentu,
buku ini berusaha menghadirkan beberapa cara menilai mutu keris, baik
secara visual, emosional, spiritual, maupun tradisi. Semua hal di atas
dirangkum dan ditulis sebagai kontribusi ke arah lahirnya apa yang
disebut: krisolog

Mbah Buyut Pohon


Mbah Buyut Pohon


Taman Nasional Stanley Park's Hollow Tree di Vancouver, Kanada, akan
kehilangan koleksi kebanggaan, pohon tertua di daratan Amerika. Pohon
Cedar merah yang ditanam awal 1990, itu kini akan tumbang karena
termakan umur yang sudah mencapai 1.008 tahun. Kemarin, tim ahli
dikerahkan untuk memasang tali pengaman agar saat tumbang (mati), pohon
cedar raksasa itu berakhir bahagia, yakni tidak menimpa pohon
sekitarnya atau pengunjung taman yang memujanya. (*)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...